Harga Beras Naik, Pengawasan Hilang: Warga Cilegon Dipaksa Terima Nasib di Tengah Isu Beras Oplosan
CILEGON, iNewsBanten- Di tengah mahalnya harga beras yang kian mencekik, masyarakat Cilegon kembali dihantui isu beredarnya beras oplosan. Namun anehnya, di balik kekhawatiran itu, pengawasan dari pemerintah nyaris tak terlihat.
Taufik, salah satu pedagang beras di Pasar Kranggot, dengan ringan membantah kabar adanya oplosan. “Beras oplosan itu enggak ada sih, masih sama,” ucapnya kepada wartawan, Rabu (30/7/2025). Tapi yang tak bisa ia sangkal adalah lonjakan harga yang terjadi secara mendadak.
“Ada kenaikan sih. Tadinya paling Rp34 ribu per karung, ada yang Rp33 ribu, sekarang naik sepuluh ribu per karung,” katanya. Namun saat ditanya penyebabnya, Taufik tak mampu memberikan penjelasan pasti.
Yang membuat publik bertanya-tanya, di tengah lonjakan harga dan isu kualitas, pengawasan dari dinas terkait justru tak tampak. “Gak ada. Itu mah hanya di depan saja,” ujar Taufik lirih, seolah menyindir bahwa sidak dan inspeksi hanya formalitas ketika kamera menyala.
Tim iNewsBanten yang menelusuri titik pasar lain di Cilegon juga menemukan kondisi serupa. Tak ada pemeriksaan kualitas, tak ada keterlibatan aktif dari pihak berwenang. Warga dan pedagang seperti dibiarkan bertarung sendiri di tengah badai harga dan minim informasi.
Bahkan, saat ditanya bagaimana memastikan agar beras yang dijual tidak oplosan, Taufik dengan jujur menjawab, “Saya gak tahu masalah oplosan itu.” Ia mengaku hanya menjual beras dari penggilingan, tanpa mampu membedakan kualitasnya. “Belum bisa bedain. Ngejualnya cuma satu doang ini,” katanya gamblang.
Situasi ini mengungkap wajah buram tata kelola pangan di akar rumput: minim edukasi, nihil pengawasan, dan absennya negara dalam melindungi hak konsumen.
Sementara harga terus melambung, rakyat kecil dibiarkan bingung menghadapi gejolak pasar. Pertanyaannya, siapa yang harus bertanggung jawab?
Editor : Mahesa Apriandi