Kisah Konglomerat Berharta Rp98 Triliun, Dulunya Hidup Susah Tak Bisa Beli Beras 

Viola Triamanda
Terry Gou, konglomerat berharta Rp98 triliun, dulunya hidup susah tak bisa beli beras. Foto: Reuters

iNewsBanten - Terry Gou dikenal sebagai pendiri Hon Hai Precision Industry Co Ltd atau yang juga dikenal dengan Foxconn. Perusahaan pembuat komponen elektronik multinasional asal Taiwan yang didirikan pada 1974 itu adalah pemasok beberapa perusahaan terbesar di dunia, seperti Apple Inc.

Foxconn saat ini merupakan salah satu perusahaan manufaktur kontrak elektronik terbesar dengan bisnisnya yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan kesuksesan Foxconn, membuat Gou menjadi sebagai salah satu orang terkaya di Taiwan. Dia berada di peringkat keenam orang paling kaya di negara itu tahun ini menurut data Forbes, dengan kekayaan saat ini mencapai 6,6 miliar dolar AS atau setara Rp98,3 triliun. 

Namun perjalanannya mencapai kesuksesan, penuh liku. Dia yang lahir dari dari orang tua imigran yang melarikan diri dari China ke Taiwan ini sempat hidup susah. Meski ayahnya seorang polisi, namun mereka tidak mendapatkan rumah, sehingga keluarganya harus hidup berdesakan di sudut kuil Tao di sebelah stasiun. 

Mengutip Nikkei Asia, saat beranjak dewasa, dia bekerja di industri pembuatan karet dan medis hingga berusia 24 tahun. Setelah itu, dia memutuskan untuk memulai perusahaan sendiri, Hon Hai yang membuat suku cadang pesawat televisi. 

Namun krisis minyak di era 1970-an dan resesi menjadi pukulan telak bagi perusahaannya. Seorang teman yang telah menginvestasikan modal awal meninggalkan tim manajemen sepenuhnya. Pada titik terendah, dia tidak mampu membeli beras untuk makan anak-anaknya. Orang tua Gou akhirnya meminjamkan uang kepadanya untuk bertahan hidup. 

Berbekal pinjaman dari orang tuanya juga, Gou memproduksi konektor untuk komponen perangkat komputer. Dia juga tidak sungkan untuk mendekatkan diri dengan para pesaingnya demi mendapatkan nasihat.

Begitu perusahaannya mencapai tingkat tertentu, Gou memutuskan untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Dia mempromosikan produknya di 32 negara bagian Amerika Serikat (AS), tinggal di motel murah hingga akhirnya memenangkan pesanan yang signifikan dari Compaq Computer yang sekarang dikenal dengan nama HP Inc.

Setelah itu, Apple ikut menaruh kepercayaan kepadanya. Sekitar tahun 2002, Foxconn memasok perangkat yang sangat dibutuhkan Apple.

Kesuksesan Gou tidak terlepas dari prinsipnya, yakni berbisnis dengan bersih. Dia bahkan tidak pernah korup, dan meninggalkan segala bentuk nepotisme. Tak satu pun anak-anaknya dari pernikahan pertamanya bekerja di kantor pusat Foxconn. Putranya bekerja di produksi film dan real estate, sedangkan putrinya mengambil alih organisasi amal yang dijalankan ibunya.  

Gou yang bekerja dengan moto, "usaha, usaha, dan usaha" menanamkan, kebenaran merupakan jalan untuk meraih kesuksesan. Dia juga bekerja keras karena tidak ingin lagi menghadapi kesulitan seperti sebelumnya. 

Konglomerat ini juga dikenal sebagai seorang dermawan. Pada 2008, dia memutuskan untuk memberikan 90 persen kekayaan pribadinya untuk amal

Editor : Mahesa Apriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network