Li membangun istananya di atas tanah yang dia dapatkan gratis dari pemerintah setempat. Itu karena pemerintah setempat mendukung keinginannya membuat bangunan dengan desain yang menarik perhatian. Sementara, dana puluhan miliar yang dikeluarkannya dialokasikan untuk membuat struktur bangunan tersebut.
Meski tak memiliki pengalaman di bidang desain bangunan karena sehari-hari bekerja sebagai petani, Li sudah gemar menggambar dan memahat sejak kecil. Dia juga sempat terjun ke industri konstruksi sehingga memahami dasar konstruksi ekologis.
Istananya diberi nama Peasant Art Building, di mana dasar desainnya terinspirasi dari arsitektur Rusia dan Barat. Namun, dia juga memberikan sentuhan gaya Prancis pada area pagar serta nuansa Tiongkok pada desain kamarnya.
Ada air mancur berbentuk teko. Pagar dari bangunannya dibuat dengan gaya Prancis. Perpaduan bangunan yang sulit dimengerti dan dipahami tersebut yang justru menjadi daya tarik utama.
Li juga menerapkan konsep futuristik pada beberapa ruangan. Dia melengkapi beberapa ruangan dengan layar LED dan penerangan dengan warna cerah.
Bangunan tersebut masih belum selesai sepenuhnya tahun lalu dan diperkirakan masih membutuh waktu yang lama untuk penyelesaiannya karena membutuhkan dana yang cukup besar. Kendati demikian, banyak pengunjung yang datang melihat, puncaknya terjadi selama Festival Musim Semi, dengan pengunjung mencapai puluhan ribu orang dalam sehari.
Artikel ini pernah tayang di iNews id.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait