SERANG, iNewsBanten - Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (Apsyfi) menyampaikan bahwa kondisi industri tekstil sudah diambang kemalangan.
Bahkan kini perusahaan berorientasi pasar domestik kini yang paling terancam.
Ketua Umum APSyFI Redma Wirawasta mengatakan, pada kuartal tiga dan empat tahun 2022 yang lalu, perusahaan tujuan pasar ekspor yang terganggu.
Banyak negara yang menutup pintu ekspor karena kondisi ekonomi sedang menurun. Namun, pada kuartal satu tahun 2023 ini, gantian perusahaan tujuan pasar domestik terancam.
"Di kuartal tiga dan empat tahun lalu kita masih bilang kondisi industri tekstil serat dan benang ini adalah lampu kuning karena memang pertumbuhannya sudah melambat tapi kalau sekarang bisa saya bilang sudah lampu orange, artinya hampir lampu merah," ujar Redma saat berdialog di acara Market Review IDX Channel, Rabu (24/5/2023).
Imbasnya, lanjut dia, pemutusan hubungan kerja (PHK) tak terbendung. Perusahaan tekstil kelas menengah yang tak bisa menjaga cash flownya mau tidak mau menutup pabriknya.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait