Wisata Sejarah Situs Banten Girang, Penyebar Islam Pertama dan Pusat Kota Kerajaan di Banten

Erdi
Situs banten girang (tangkapan layar kanal youtube eru wahyudi)

SERANGiNewsBanten - Mengenal sejarah wisata yakni Banten Girang, namun harus diketahui keberadaanya dari naskah Sejarah Banten. Dalam naskah tersebut dikumpulkannya Wahanten Girang, artinya hulu Banten yang letaknya berada di dalam gang yang terletak di wilayah Sempu, Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang Kota Serang, Banten.

Melansir dari kanal YouTube Eru Wahyudi, berikut ini sejarah Situs Banten Girang. sama diketahui kata Banten berasal dari Bahasa Jawa Kuno pabanten artinya tempat untuk menaruh sesaji, atau persembahan.

Kata girang berarti jaya atau senang, namun dalam kaitannya dengan kota lama Banten. Banten Girang artinya Banten hulu, letaknya 10 km dari Pelabuhan Banten, Karangantu.

Kota tua ini ditandai dengan makam keramat yang dinamakan Makam Ki Jongjoo, makam kakak beradik yaitu Ki Mas Jong dan Ki Mas Agus Ju Sempu.

Kedua makam itu dijadikan satu sebagai penyebar Islam yang pertama di Banten. Kerajaan Banten Girang berdiri berkenaan dengan Prasasti Kebon Kopi 2 yang ditemukan di Bogor, yang diperkirakan angka tahun Prasasti Kebon Kopi 2 berdasarkan Candra Sangkala yaitu tahun 932 atau tahun 824 Saka yang berhubungan dengan keberadaan situs Banten Girang.

Penafsiran ini tidak berbeda jauh dengan pendapat yang lain. Ada yang menafsirkannya dari abad ke 10 atas dasar penemuan yang digalinya pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1992.

Temuan itu berupa keramik klasik, keramik lokal, pecahan prasasti, bahkan logam mata uang dan sisa tulang hewan. Ada juga batu-batuan dan manik-manik yang terungkap dalam penelitian, bahwa situs Banten Girang merupakan situs pemukiman atau perkotaan.


Hal ini dilihat dari struktur pemeliharaan yang berbentuk parit dan dinding tanah, dengan pola yang tidak teratur.

Situs Banten Girang yang menjadi pusat kota kerajaan diduga memiliki hubungan dengan Gunung Pulosari sebagai gunung yang sakral.

Kesakralan Gunung Pulosari yakni jauh sebelum berdirinya Kerajaan Banten. Hal yang berkaitan dengan keagamaan di Kerajaan Banten dengan Gunung Pulosari juga diberitakan dalam kitab sejarah Banten, yaitu ketika Sunan Gunung Jati dan Hasanuddin singgah di Banten dan Banten Girang.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga ke Gunung Pulosari yang menjadi tujuan utama mereka.

Menurut Sunan Gunung Jati Gunung Pulosari merupakan wilayah Brahmana Kandali. Dan di atas gunung itu hidup 800 ajar-ajar atau pendeta, yang dipimpin oleh Prabu Pucuk Umun.

Sultan Hasanuddin diberitakan tinggal bersama mereka selama 10 tahun lebih. Dan ketika Hasanuddin mengislamkan para pendeta, maka pendeta yang telah menganut Islam, menyarankan hidup menetap di Gunung Pulosari.

Sebab jika tempat itu sampai kosong akan menjadi tanda berakhirnya tanah Jawa. Dalam Babat Banten diceritakan pula bahwa setelah kemenangan Hasanuddin, sejumlah penduduk Banten Girang yang tidak mau masuk Islam melarikan diri ke pegunungan selatan yang sampai sekarang muncul oleh keturunan mereka, yaitu orang Baduy.

Kenyataan ini didukung kebiasaan orang Baduy berziarah ke Banten Girang. Pada pertengahan tahun 1990-an ditemukan sebuah arca Gua Rapala di Sungai Cibanten.

Di wilayah ini menyimpan banyak bukti arkeologi tentang peradaban masa lalu, dan kebudayaan masyarakat Banten di masa pra Islam. Sisa-sisa Situs Banten Girang teridentifikasi sebanyak 17 situs, yaitu Watu Girang yang berfungsi untuk ritual penobatan raja.

Lalu Makam Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju, dua tokoh penting dalam penyerahan kekuasaan kerajaan Sunda kepada Sultan Banten.

Selain itu ada Punden Berundak, Gua Banten Girang, Jembatan Gantung, Tangga yang tersebar di empat titik berbeda. 6 situs parit yang berfungsi sebagai benteng pertahanan, dan tersebar di tiga sisi wilayah Banten Girang kecuali sebelah utara.

Banyaknya peninggalan ini menunjukkan bahwa Banten Girang sebenarnya masih menyimpan banyak pertanyaan yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Sebagaimana dicatat dalam catatan sejarah, bahwa Sungai Cibanten dahulu kala berfungsi sebagai jalur transportasi yang menghubungkan wilayah pesisir dengan pedalaman.

Dalam penelitian Claude Gulliot, Situs Banten Girang merupakan situs pemukiman atau perkotaan pra Islam di Wilayah Banten. Itulah sejarah terkait dengan Banten Girang yang menjadi wisata religi sekaligus wisata sejarah yang ada di Banten.

Editor : Mahesa Apriandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network