SERANG, iNewsBanten - Penelitian terbaru yang dilakukan para ilmuwan dari Institut Karolinska di Swedia, Universitas Bristol di Inggris, dan Imperial College London di Inggris, mengatakan minuman berkafein ternyata dapat menyebabkan risiko diabetes.
Penemuan mereka mengungkap bahwa tingkat kafein dalam darah dapat mempengaruhi jumlah lemak tubuh, sebuah faktor yang pada gilirannya dapat menentukan risiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.
“Konsentrasi kafein plasma yang lebih tinggi diprediksi secara genetik dikaitkan dengan BMI yang lebih rendah dan massa lemak seluruh tubuh,” tulis para peneliti dalam makalah mereka, yang diterbitkan pada Maret 2023.
“Selain itu, konsentrasi kafein plasma yang lebih tinggi yang diprediksi secara genetik dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah. Sekitar setengah dari efek kafein terhadap diabetes tipe 2 diperkirakan dimediasi melalui pengurangan BMI," katanya.
Melansir Science Alert, Rabu (7/2/2024) penelitian ini melibatkan data dari kurang dari 10.000 orang yang dikumpulkan dari database genetik yang ada, dengan fokus pada variasi pada atau mendekati gen tertentu yang diketahui terkait dengan kecepatan penguraian kafein.
Secara umum, kafein dengan variasi yang mempengaruhi gen, yaitu CYP1A2 dan gen yang mengaturnya, disebut AHR yang cenderung memecah kafein lebih lambat, sehingga membuatnya tetap berada di dalam darah lebih lama. Namun mereka juga cenderung minum lebih sedikit kafein secara umum.
Pendekatan yang disebut pengacakan Mendelian digunakan untuk menentukan kemungkinan hubungan sebab akibat antara adanya variasi, penyakit seperti diabetes, massa tubuh, dan faktor gaya hidup.
Meskipun ada hubungan yang signifikan antara kadar kafein, BMI, dan risiko diabetes tipe 2, tidak ada hubungan yang muncul antara jumlah kafein dalam darah dan penyakit kardiovaskular termasuk fibrilasi atrium, gagal jantung, dan stroke.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait