Kisah Sarpan, Anak Penjual Gula Keliling Disabilitas, Lolos TNI AD berkat Ketegaran Menjalani Hidup

Tim iNews.id
Sarpan, anak penjual gula keliling disabilitas lolos jadi TNI AD. Foto: Istimewa

LEBAK, iNewsBanten.id - Sarpan, seorang pemuda berusia 20 tahun dari Lebak, Banten, telah membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah halangan untuk meraih impian. Ia berhasil lulus Tamtama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dengan predikat memuaskan.

Kisah inspiratif Sarpan dimulai dari tekadnya yang kuat untuk membantu keluarganya dan meraih pendidikan tinggi. Meskipun berasal dari keluarga yang kurang mampu, dengan orang tua yang disabilitas dan bekerja sebagai penjual gula keliling, Sarpan tidak pernah menyerah.

Sarpan menempuh pendidikan di SMAN Rangkasbitung atas kemauannya sendiri. Ia bahkan nekat kuliah tanpa sepengetahuan orang tua dan tinggal di rumah gurunya sambil membantu.


Sarpan bersama keluarga. Foto: Istimewa
 
 

Semangatnya tidak berhenti di situ. Ketika hendak pulang ke Kecamatan Sobang, Sarpan memilih untuk berjalan kaki atau berlari kecil sejauh 48 kilometer. Ia menolak tawaran untuk naik kendaraan umum karena ingin berolahraga dan tidak ingin orang lain mengetahui kondisinya.

Kegigihan Sarpan akhirnya membuahkan hasil. Ia berhasil lulus Tamtama TNI AD dengan predikat memuaskan. Prestasi ini menjadi bukti bahwa siapa pun dapat meraih impian mereka.

Kisah Sarpan bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tidak mudah menyerah pada keadaan. Ia menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, semua rintangan dapat diatasi.

"Ketika saya pertama kali bertemu dengan Sarpan tahun lalu, saya memberinya bimbingan karena saya melihat kegigihannya. Dia sangat ingin melanjutkan pendidikan tinggi untuk membantu kedua orangtuanya yang sudah tidak mampu lagi," ujar Faizal, salah satu kerabat Sarpan, belum lama ini.

Faizal menjelaskan bahwa Sarpan berasal dari keluarga yang kurang mampu, dengan kedua orangtuanya cacat dan bekerja sebagai penjual gula keliling yang harus berjalan sejauh 12 kilometer ke pasar. Meskipun begitu, Sarpan berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMAN Rangkasbitung pada tahun 2019, bukan atas dorongan orangtuanya.

"Sarpan menempuh pendidikan itu atas kemauannya sendiri, bukan atas dorongan orangtuanya. Dia memiliki tekad untuk mengejar pendidikan tinggi. Bahkan, dia nekat kuliah tanpa sepengetahuan orangtuanya dan tinggal di rumah gurunya sambil membantu," ungkap Faizal.

Faizal juga menceritakan bahwa saat Sarpan hendak pulang ke Kecamatan Sobang, ia lebih memilih untuk berjalan kaki atau berlari kecil sejauh 48 kilometer, meskipun medan perbukitan yang terjal.

"Setiap kali ditawarkan naik kendaraan umum, dia menolak dengan alasan ingin berolahraga. Namun, sebenarnya dia tidak ingin diketahui bahwa ia tidak memiliki uang dan merasa malu kepada keluarganya," jelas Faizal.

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network