Bahkan, saat ditanya bagaimana memastikan agar beras yang dijual tidak oplosan, Taufik dengan jujur menjawab, “Saya gak tahu masalah oplosan itu.” Ia mengaku hanya menjual beras dari penggilingan, tanpa mampu membedakan kualitasnya. “Belum bisa bedain. Ngejualnya cuma satu doang ini,” katanya gamblang.
Situasi ini mengungkap wajah buram tata kelola pangan di akar rumput: minim edukasi, nihil pengawasan, dan absennya negara dalam melindungi hak konsumen.
Sementara harga terus melambung, rakyat kecil dibiarkan bingung menghadapi gejolak pasar. Pertanyaannya, siapa yang harus bertanggung jawab?
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait
