Dia menekankan bahwa rekonsiliasi sejarah merupakan jalan menuju kematangan bangsa. Ia berpendapat bahwa penolakan terhadap Soeharto hanya akan memperpanjang warisan luka yang seharusnya sudah disembuhkan dengan kebesaran hati.
“Indonesia ini dibangun dengan semangat persaudaraan dan pengorbanan. Jika kita terus menerus memelihara dendam, bagaimana generasi muda dapat mempelajari makna persatuan? Inilah saatnya kita mewariskan perdamaian, bukan perpecahan,” tegasnya.
Dr. Sony juga mengingatkan pentingnya bagi generasi penerus bangsa untuk tidak melupakan jasa dan sejarah para pemimpin terdahulu. Ia menegaskan, mengakui jasa tidak berarti menghapus kesalahan, namun memberikan ruang objektif bagi sejarah untuk berbicara dengan jujur.
“Saya berharap generasi yang akan datang tidak mudah menilai sejarah hanya dengan menggunakan kacamata masa kini. Ingatlah, Soeharto juga merupakan bagian dari perjuangan bangsa. Bangsa yang besar bukanlah bangsa yang sibuk menyalahkan masa lalu, tetapi bangsa yang mampu berdamai dengannya,” tutupnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
