Keberuntungan berpihak padanya karena minyak tanah yang dijual selalu saja habis setiap harinya. Beberapa konsumen yang awalnya membeli di warung lain, beralih menjadi pelangga Ma'soem.
Dia tidak menikmati keuntungannya itu sendiri karena Ma'soem selalu menyedekahkan hasil bisnisnya setiap hari sekitar 10 persen. Setiap sore atau malam hari, Ma’soem menghitung keuntungan bisnisnya, kemudian dia pisahkan dari modalnya dan kemudian 10 persen akan disedekahkan kepada yang membutuhkan.
Dia kala itu bersedekah secara diam-diam. Biasanya Ma'soem mendatangi masjid atau musala di daerah Rancaekek, kemudian memasukkan uang ke dalam kotak amal tanpa sepengetahuan siapa pun.
Tidak hanya itu, dia juga selalu memberikan pertolongan kepada orang-orang sekitar yang membutuhkan. Namun tentu saja, pertolongan itu pun dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Kebaikan yang dia berikan dibalas Tuhan, warungnya semakin ramai hingga yang biasanya hanya membeli 20 liter per hari, semakin lama semakin bertambah Dia bahkan bisa membeli minyah tanah dari agen besar di Cikudapateuh, Bandung sebanyak 200 liter.
Dari agen minyak tanah, pada 1960-an, dia berekspansi ke bisnis SPBU. Dia memiliki banyak SPBU. Tercatat jumlah SPBU Al Ma'soem tercatat sebanyak 38 yang tersebar di Jawa Barat.
Selain sukses menjadi pengusaha SPBU. Dia juga memiliki yayasan, lembaga pendidikan, apotik, poliklinik, dan sebagainya.
Pada 2001 lalu, Ma’soem tutup usia. Namun SPBU Al-Ma’soem saat ini tetap menjadi favorit di Kota Bandung, Jawa Barat. Dari pagi hingga malam, SPBU Al-Ma’soem tak berhenti diserbu konsumen.
Ketepatan takaran adalah kelebihan utama SPBU miliknya Selain itu, kebersihan lokasi, dukungan fasilitas penunjang seperti musala, dan service yang kekeluargaan, membuat semakin banyak pelanggan berdatangan.
Editor : Mahesa Apriandi