SERANG, iNewsBanten - Vihara dibangun pada abad ke -16. Dan memiliki nama lain yaitu Kelenteng Tri Darma , yang berarti karena vihara ini memiliki tiga kepercayaan umat yaitu Kong Hu Cu, Taoisme, dan Buddha.
Menurut apa yang disampaikan Asaji saat di konfirmasi pada sabtu, 3 Desember 2022. Singkat cerita berawal dari Putri Ong Tien Nio yang merupakan pedagang yang berasal dari Tiongkok. Kebetulan pada saat putri Ong Tien memasuki wilayah Banten, dahulu penguasanya adalah Sultan Syarif Hidayatullah, singkat cerita nya menikah.
“Nah pernikahan ini banyak versi, tapi saya tidak ceritain karena tidak ada yang benar versi nya. yang pertama, kata nya karena putri Ong Tien nya yang tergila-gila oleh Syarif Hidayatullah ngaku hamil kata nya lalu minta di nikahi. Versi yang ke dua, saking tergila-gilanya Syarif Hidayatullah nyusul dia ke Tiongkok . Secara Ilmiah nya itu semua gabisa di buktiin,” ujarnya menjelaskan.
Setelah menikah, putri Ong Tien di boyong ke Cirebon,bergabunglah dengan Walisongo, jadilah Sultan Syarif Hidayatullah dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
Sementara, anak buah nya putri Ong Tien yang berjumlah 3500 orang membuat komunitas Tionghoa yang bermukim disatu tempat namanya kampung baru hingga sekarang, dekat karang antu.
Anak buah putri Ong Tien ini terbagi menjadi dua, sebagian memeluk agama Islam, sebagian lagi bertahan pada agama Budha. komunitas Tionghoa yang memeluk agama Islam, mereka membuat tempat ibadah Masjid Pacinan Tinggi di sebelah rel dekat koramil. Anak buah putri Ong Tien yang masuk Islam bernama Kyo Bo Seng.
Sedangkan anak buah putri Ong Tien yang beragama Budha membuat Vihara Avalokitesvara. Namun awal nya vihara tersebut berada tidak jauh dari Masjid Pacinan Tinggi tepat nya di desa Dermayon, dibangun pada tahun 1652.
Pada abad ke -17 banten terjadi empidemi seperti corona, dari kejadian tersebut banyak warga banten yang meninggal, lalu masaji menjelaskan, akhirnya inisiatif pengurus untuk membawa patung Dewi Kwan Im untuk upacara keliling kampung sebagai ritual tolak bala.
“betapa senang nya Sultan, melihat rakyatnya dapat terhindar dari epidemi, Sultan pun memberikan sebidang tanah, lalu pindahlah vihara ini dari desa Dermayon ke kampung Pamarincan tahun 1774. Pada tahun 1883 terjadi sunami 4 hari 4 malam air naik, diceritakan bahwa Vihara ini tidah masuk air pada saat Krakatau meletus dan banyak dari warga setempat yang selamat . saat itulah Vihara ini menjadi terkenal” ujarnya menjelaskan.
Letak geografis Vihara Avalokitesvara sebelah Timur dengan Benteng Speelwijk, sebelah Utara adalah tambak ikan, sebelah Barat yaitu tambak dan makam,sebelah Selatan pemukiman warga. Vihara tersebut menghadap ke Timur, terletak di kampung Pamarincan desa Banten.
Tujuan dibangun nya Vihara Avalokitesvara yaitu berdasarkan kebutuhan warga setempat yang beragama Budha untuk beribadah pada saat itu.
Editor : Mahesa Apriandi