JAKARTA, iNewsBanten- Tanaman melinjo di Indonesia kerap dijadikan bahan baku beberapa menu makanan. Sebut saja sayur asem, oseng kulit melinjo hingga emping melinjo sangat digemari di beberapa daerah.
Asam urat dapat dianggap sebagai penyakit sejuta umat. Salah satu hal yang dapat meningkatkan risiko penyakit tersebut adalah mengonsumsi makanan tinggi purin.
Apakah Anda tahu contoh makanan yang mengandung tinggi purin? Benar, jeroan. Jenis makanan ini terbukti mengandung kadar purin tinggi sehingga jika dikonsumsi apalagi dalam jumlah berlebihan dapat meningkatkan risiko asam urat.
Selain jeroan, ada lagi satu makanan yang sering dihubungkan dengan risiko penyakit asam urat, yaitu emping melinjo. Apakah benar emping melinjo merupakan penyebab asam urat?
Emping dan Risiko Asam Urat
Anda mungkin sudah tidak asing dengan larangan makan emping bagi penderita asam urat. Anggapan ini pun sudah turun-temurun dipercaya kebenarannya, termasuk oleh pihak medis. Faktanya, emping merupakan sejenis kerupuk yang berbahan dasar melinjo. Buah yang punya nama latin Gnetum gnemon L ini mengandung purin yang relatif tinggi, yaitu berkisar 50 hingga 150 miligram per 100 gram sajian. Dengan demikian, efek makan emping melinjo apalagi dalam porsi berlebih terbukti dapat meningkatkan kandungan asam urat dalam darah.
Batas Aman Konsumsi Emping Melinjo
Sekarang Anda sudah tahu kandungan dalam emping melinjo dan alasan mengapa makanan ini bisa meningkatkan kadar asam urat. Meski begitu, bukan berarti Anda harus menghindarinya sama sekali. Anda tetap boleh mengonsumsinya asalkan porsinya dibatasi. Para ahli kesehatan mengatakan, Anda sebaiknya tidak mengonsumsi emping melinjo lebih dari 100 gram (10 keping ukuran kecil) dalam sehari. Selain karena bisa memicu penyakit asam urat, makanan ini juga mengandung kalori yang tinggi. Sekitar 100 gram emping melinjo menyimpan sedikitnya 350 kalori. Jadi, dapat Anda dapat bayangkan sendiri jika emping dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Anda bukan hanya berisiko mengalami penyakit asam urat, tetapi juga obesitas alias berat badan di atas normal.
Editor : Mahesa Apriandi