TENGAH, iNewsBanten- viraldi media sosial kasus seorang pria gemar menggunakan pakaian wanita dalam kehidupannya sehari-hari. Bahkan tidak hanya itu, ia juga kerap lengkap bergaya dengan menggunakan makeup lengkap dengan slingbag serta hijab layaknya seorang perempuan.
Pria yang tidak diketahui identitasnya itu mengaku kalau ia menyukai hal tersebut, meskipun di sisi lain ia juga mengaku kalau dirinya adalah seorang laki-laki. Tanpa rasa ragu serta percaya diri, pria yang diduga menggunakan nama samaran Mutia di akun X nya @mutiacantip_ sontak saja kini membuat gaduh dunia maya.
Berkaca dari kejadian itu, apakah crossdressing bagian dari fetish? Dilansir dari laman Psychology Today, Rabu (3/1/2024) gangguan yang sering kali disebut transvestic ini terjadi ketika seseorang mengalami gairah seksual yang berulang, dan intens dari crossdressing atau berpakaian sebagai lawan jenis, demi memenuhi keinginannya.
Gangguan transvestik adalah terbilang kejadian langka dan diklasifikasikan sebagai parafilia atau perilaku seksual atipikal. Pada sebagian orang dengan gangguan ini kemungkinan mengalami depresi, rasa bersalah, atau rasa malu, karena keinginan mereka untuk menggunakan pakaian lawan jenisnya.
Meskipun sampai saat ini tidak diketahui adanya penyebab secara spesifik kenapa gangguan ini bisa terjadi, hanya saja setelah diamati penderita gangguan transvestik biasanya pada masa kecil, crossdressing terkadang menimbulkan kegembiraan yang mungkin hal itu berkepanjangan hingga ia mengalami pubertas. Sehingga berkembang menjadi kegembiraan seksual.
Tidak sedikit dari penderita gangguan transvestik saat ini juga sering kali banyak dapat pertentangan atau ketidaksetujuan, baik dari pasangan ataupun keluarganya atas tindakan yang dilakukannya, karena kebanyakan khawatir dengan sanksi sosial atau anggapan negatif masyarakat kepada penderitanya.
Seseorang yang melakukan crossdressing pasti memiliki alasannya tersendiri sehingga mereka tetap ingin melakukan hal tersebut. Walaupun memang sering kali mendapat pertentangan banyak dari orang. Namun dalam kebanyakan kasus, kondisi ini terjadi pada kalangan pria heteroseksual.
Untuk itu, salah satu pengobatan paling tepat pada penderita gangguan transvestik ini yaitu harus dengan bantuan orang terdekat seperti keluarga atau pasangannya.
Sebab, tanpa adanya dorongan atau dukungan tersebut mereka dengan gangguan transvestik, kemungkinan tidak akan mencari pengobatan itu, karena menganggap hubungan asmara atau pernikahannya baik-baik saja dengan pasangan.
Sumber:
Editor : Mahesa Apriandi