2. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta adalah pahlawan nasional yang sudah aktif di politik sejak di bangku kuliah di Handels Hooge School Rotterdam, Belanda. Bung Hatta, panggilannya, menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia sejak 1926-1930.
Namun, karena aktivitas tersebut Bung Hatta sempat diasingkan di penjara Den Haag pada November 1927 sampai Maret 1928. Bung Hatta kembali ke Indonesia pada tahun 1932 dan mendirikan Partai Nasional Indonesia. Akibat aktivitasnya ini, Bung Hatta dibuang ke Boven Digul, Papua pada 1935. Kemudian, ia dipindahkan ke tempat pengasingan di Banda Neira dan Sukabumi.
3. Sutan Sjahrir
Bersama dengan Bung Hatta, Sutan Syahrir mendirikan Partai Nasional Indonesia. Sjahrir pun turut diasingkan ke Papua, Banda Neira, dan Sukabumi. Pada November 1945, Sjahrir ditunjuk menjadi Perdana Menteri dan menjadi Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
Setelah itu, tepatnya Agustus 1960, partai yang didirikan Sjahrir dibubarkan karena dianggap terlibat pada pemberontakan PRRI. Imbasnya, Sjahrir ditangkap dan dijadikan tahanan hingga ia meninggal pada 9 April 1966.
4. Tan Malaka
Tan Malaka lahir di Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1987. Ia melanjutkan studi ke Belanda selama enam tahun. Sesampainya di Tanah Air, Tan Malaka melihat realita yang sangat menyedihkan. Banyak buruh di perkebunan yang hidup tidak layak.
Sistem kapitalis yang dijalankan pada saat itu memperlakukan kuli kontrak dengan tidak wajar. Tan Malaka ingin memberi pendidikan yang layak bagi anak-anak kuli kontrak perkebunan.
Namun, karena hal tersebut, Tan Malaka dianggap melakukan penghasutan kepada para buruh. Akhirnya, ia diasingkan oleh Belanda pada 1922 dengan tuduhan terlibat dalam berbagai aksi buruh.
5. Pangeran Diponegoro
Pahlawan nasional pemilik nama kecil Raden Mas Ontowiryo ini lahir di Yogyakarta pada tanggal 17 November 1785. Anak sulung dari Sultan Hamengkubuwono II ini memimpin Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830.
Peperangan tersebut berakhir karena siasat yang dilakukan Belanda dengan menipu Pangeran Diponegoro untuk melakukan perundingan di Magelang. Namun, dalam perundingan itu, Pangeran Diponegoro ditangkap dan dibuang oleh Belanda ke Manado, lalu ke Ujung Pandang sampai ia meninggal pada 8 Januari 1855.
Editor : Mahesa Apriandi