Yakni berasa asin, pahit, sulit untuk diminum. Air ini banyak di dapat di laut-laut yang telah dikenal baik di belahan timur maupun di belahan barat. Yaitu di lautan yang luas dan laut-laut lainnya yang berhubungan dengannya, seperti Laut Merah, Laut Yaman, Laut Basrah, Laut Persia, Laut Cina, Lautan Hindia, Laut Tengah, dan laut-laut lainnya yang tenang tidak mengalir, tetapi berombak dan ombaknya makin besar bila musim dingin tiba dan musim angin kencang.
Di antara laut-laut itu ada yang mengalami pasang dan surut. Pada permulaan tiap bulan terjadi pasang; dan apabila bulan makin berkurang, terjadilah surut, maka permukaan laut kembali seperti semula. Kemudian bila bulan lainnya tiba, laut kembali mengalami pasang sampai pertengahan bulan, lalu pada hari-hari berikutnya mulai menyurut. Allah Swt. Yang Mahakuasa yang mengatur demikian itu dalam tatanan alam ini.
Semua laut diciptakan oleh Allah SWT berair asin, agar tidak menimbulkan pencemaran pada udara yang akhirnya akan merusak lingkungan, juga agar bumi (pantai) tidak berbau busuk karena hewan-hewan yang mati di dalam laut.
Mengingat air laut asin, maka udaranya segar dan bangkai hewannya halal. Karena itulah Rasulullah SAW ketika ditanya tentang air laut, bolehkah dipakai sarana untuk berwudu?
Maka beliau menjawab:
"هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ".
Laut itu bersih airnya lagi halal bangkainya.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, dan para pemilik kitab sunan dengan sanad yang jayyid.
Dinding Pembatas
Selain menciptakan air laut yang rasanya asin, Allah SWT juga menunjukan kuasa-Nya dengan memisahkan air laut yang rasanya dengan air sungai yang tawar.
Firman Allah Swt.:
{وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا}
Dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas. (Al-Furqan: 53).
Yaitu yang membatasi antara air tawar dan air asin. Makna barzakhan adalah dinding yang berupa tanah kering.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menciptakan kedua air itu, yakni air yang tawar dan yang asin. Air yang tawar terdapat di sungai-sungai, mata air-mata air, dan sumur-sumur; air tawar ini segar lagi mudah diminum.
Pengertian ini tidak diragukan lagi kebenarannya, karena sesungguhnya di alam wujud ini tiada suatu laut pun yang airnya berasa tawar lagi menyegarkan. Sesungguhnya Allah SWT menyebutkan hal ini tiada lain untuk mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya akan nikmat-nikmat yang telah Dia limpahkan kepada mereka agar mereka bersyukur kepada-Nya.
Air yang tawar adalah air yang dikonsumsi oleh manusia, Allah membagi-baginya di antara makhluk-Nya karena mereka sangat memerlukannya, melalui sungai-sungai dan mata air-mata air di setiap kawasan di belahan bumi ini sesuai dengan kebutuhan mereka, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk keperluan tanah mereka.
{وَحِجْرًا مَحْجُورًا}
dan batas yang menghalangi. (Al-Furqan: 53).
Yakni yang menjadi penghalang di antara keduanya, agar salah satu di antaranya tidak bercampur dengan yang lainnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ * بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ * فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian
bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 19-21).
Dan firman Allah Swt.:
{أَمَّنْ جَعَلَ الأرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. (An-Naml: 61).
Wallahu A'lam
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait