SERANG, iNewsBanten - PT Yarindo Farmatama merugi puluhan miliar pasca obat sirop jenis Flurin EMB ditarik dari peredaran oleh BPOM. Legal Manajer PT Yarindo Farmatama, Vitalis Jebarus mengungkapkan, pihak perusahaan selama ini sudh menerapkan prosedur yang ada dan dieasi oleh BPOM. Adanya oknum pengoplos camuran propylene glycol membuat perusahaan tempat dia bekerja menjadi terkena dampak salah sasaran.
Perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 1997 itu memproduksi obat tablet, kaplet dan sirup Flurin. PT Yarindo Farmatama terletak di Kawasan Industri Modern, Cikande, Kabupaten Serang,
"Produk flurin yang beredar dicabut, cairan sirup flurin EMB yang menurut BPOM bermasalah, sementara yang lainnya tidak," ungkapnya saat press conference di perusahaannya, Selasa (15/11/2022).
Produk perusahaan yang ditarik oleh BPOM hanya jenis flurin, sementara dua jenis produk lainnya aman.
"Kami adalah korban dari orang yang tidak bertanggungjawab, produk furin sudah ditarik dari peredaran, nilai kerugian puluhan miliar yang sudah diproduksi dan ditarik kembali," terangnya.
Langkah yang dilakukan oleh perusahaan dengan membuat laporan di Mabes Polri terkait 3 terduga perusahaan yang bermain curang.
"Kami akan lakukan langkah hukum dan laporkan siapa saja yang rugikan perusahaan kami, kami sudah laporkan di mabes polri," kata Vitalis.
Dia enggan menyebutkan nama perusahaan curang yang terlibat dalam pencampuran cairan propylene glycol.
"Kami tidak akan sebutkan nama perusahaannya, ini rangkaian ada sekitar satu sampai 3 perusahaan terlibat, kami sudah laporkan ke pihak kepolisian," terangnya.
Vitalis menceritakan jika produksi obat flurin sejak tahun 2003.
"Obat batuk flurin sudah produksi sejak tahun 2003 sekitar 20 tahun, kami korban dan sudah laksanakan semua aturan cara pembuatan obat yang baik dan benar," ucapnya.
Meskipun perusahaan merugi, sampai sat ini belum ada pengurangan karyawan, namun pihak marketingnya harus bekerja ekstra untuk meyakinkan kembali para konsumen.
"Kita belum sampai pengurangan karyawan, perusahaan masih kuat, kita masih eksis dan masih produksi obat kaplet dan tablet, namun izin edar obat flurin dicabut tanpa ada batas waktunya," terangnya.
Selama ini, bahan baku yang dikirim dari CV Budiarta sudaj terjalin sejak tahun 2007.
"CV Budiarta sudah menjadi vendor list kita dan tidak ada masalah sehingga kami percaya bahwa produk yang dikirim ke kita itu adalah produk yang benar bermutu tinggi, harganya yang kami bayarkan cukup mahal, satu galon Rp 7 juta, itu harganya dari tahun 2014 sampai 2022 dia harganya bervariasi ada kenaikan," ungkapnya.
Bagian gudang, Destriyanti menjelaskan, pihaknya sudah melaksanakan proses penerimaan bahan baku propylene Glycol dari CV Budiarta asal Cikarang Jakarta Utara sesuai dengan prosedur
"Administrasi gudang sudah dilakukan dalam rangka penerimaan bahan pokok yang ada di gudang, selama ini tidak pernah ada masalah baik secara dokumen ataupun secara fisik semua sesuai dengan spesifikasi yang ada," kata Destri.
Diberitakan sebelumnya, PT Yarindo Farmatama sebagai produsen obat merk Flurin, kaplet dan tablet. Pihak perusahan mengaku telah mengantongi izin edar dari BPOM. Seluruh proses produksi dan komposisi pembuatan obat, telah diawasi oleh badan pengawas obat dan makanan.
BPOM bersama Bareskrim menutup pabrik pembuat obat sirop yang dianggap menyebabkan gagal ginjal akut pada anak. Namun, belum ada penetapan tersangkanya.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait