Baterai bekerja pada pH 7,4, yang sangat mirip dengan pH darah. Kemungkinannya bisa melampaui manusia juga, karena analog hemoglobin terdapat pada banyak mamalia.
Namun, masih ada beberapa hal yang perlu disempurnakan. Masalah terbesar saat ini adalah prototipe tersebut tidak dapat diisi ulang, sehingga tim sedang mencari protein yang mungkin dapat mengubah air kembali menjadi oksigen dan memulai siklus reaksi lagi dari awal.
Fakta bahwa baterai memerlukan oksigen juga merupakan batasan lainnya, yang berarti baterai jenis ini tidak dapat digunakan untuk aplikasi di luar angkasa.
Diketahui, inovasi baterai semakin hari kian beragam. Meskipun baterai litium-ion tidak diragukan lagi sangat dapat diandalkan, namun limbahnya sangat merusak lingkungan.
Untuk itu para ilmuwan sangat giat untuk menghadirkan baterai lain yamg lebih ramah lingkungan. Jika penemuan ini bisa diterapkan secara massal, bukan tidak mungkin umat manusia akan beralih ke baterai berbahan dasar darah.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait