Agus menjelaskan jika dilihat dari sudut pelayaran, jika datang dari barat maka akan singgah ke bagian barat tanah Jawa yaitu pulau Panaitan dan Ujung Kulon.
"Dulu pelayaran itu bukan lewat Selat Malaka, tapi masih lewat pantai barat Sumatera, akhirnya pelayar-pelayar kapal singgahnya di tanah Jawa bagian barat, di Pulau Panaitan dan Ujung Kulon," jelasnya.
Agus menjelaskan bahwa tempat tersebut ditinggalkan karena kurang ada pendukungnya, sehingga para penduduknya berkurang karena demografinya tidak banyak, kemudian terjadi pergeseran dari wilayah Ujung Kulon bergeser ke timur, lalu singgah di Pangandaran di Batu Kalde.
"Dari situ, kemudian bergeser lagi ke timur sampai di tanah Jawa bagian tengah, agama Hindu lebih berkembang di sana. Jadi kebudayaan itu bisa berkembang jika ada pendukungnya. Jika penduduknya tidak ada maka tidak bisa," sambungnya.
Pada perkembangan selanjutnya, sekitar abad 8 hingga 10, Selat Malaka sudah mulai dikenal dan dilalui oleh jalur pelayaran.
Dalam kaitannya, Kepala BPK Wilayah VIII, Lita Rahmiati, menyampaikan bahwa tindak lanjut dari kegiatan ini. Mengenai ODCB, telah disepakati untuk dapat menyelamatkan temuan tersebut dengan memindahkan dari Ujung Kulon ke museum kabupaten atau provinsi.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait