Kemudian Dr Soetomo, yakni pendiri organisasi Budi Utomo, di depan massa memperkenalkan Soekarno sebagai seseorang yang telah menjadi korban ketidakadilan hukum. Soekarno dituduh hendak menggulingkan kekuasaan kolonial Belanda.
Bung Karno, kata Dr Soetomo adalah seorang ksatria sebenarnya. Ia merupakan banteng dalam hati sanubari rakyat, sahabat setia sekaligus pahlawan tercinta. Dr Soetomo juga memuji Inggit karena terus menyemangati suaminya (Bung Karno) yang meringkuk di penjara.
Ali Sastroamidjojo dalam sambutannya berbicara soal PPPKI (Pemufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) yang katanya hampir mati. Namun dengan bebasnya Soekarno, PPPKI akan lebih hidup, berdarah dan bernafas.
PPPKI yang berdiri 17 -18 Desember 1927 di Bandung merupakan gabungan organisasi pergerakan untuk mencapai Indonesia merdeka. Gagasan pendirian datang dari Soekarno.
Sementara di dalam kongres, Soekarno berkesempatan menyampaikan pidato. Pidato yang berisi banyak wejangan dengan mengambil analogi lakon wayang kulit Jawa itu, memesona massa.
Bung Karno membandingkan dirinya dengan tokoh wayang Kokrosono yang kembali dari pembuangan Argo Songo dengan senjata sakti Alugoro. Kokrosono berusaha menemukan kerabatnya, yakni Banowati dan Irowati yang telah tercerai berai.
Oleh Bung Karno kisah itu dikontekstualkan dengan peristiwa perpecahan PNI Baru dengan Partindo pimpinan Sartono. Soekarno menyerukan kedua organisasi bersatu padu kembali dalam front sawo matang.
Sepulang dari Surabaya, dengan kerangka pikir persatuan sebagaimana yang selalu dicita-citakan, pada 4 Januari 1932 Bung Karno langsung menghubungi Sutan Sjahrir.
Dia menganjurkan Sjahrir masuk Partindo/PNI Baru untuk kemudian bersama-sama menghadapi kolonial Belanda.
artikel ini sudah tayang di iNews.id
Editor : Mahesa Apriandi