iNewsBanten - Sekelompok ilmuwan dari Universitas Córdoba di Spanyol berhasil menciptakan baterai berbahan dasar darah. Baterai itu bisa dipakai dalam jangka waktu 20 sampai 30 hari.
Sebagaimana dihimpun dari IFL Sciene, Sabtu (3/2/2024) inovasi ini semula terinspirasi dari baterai zinc-air yang bekerja melalui reaksi kimia yang disebut reaksi reduksi oksigen.
Saat udara ditarik ke dalam baterai, oksigen direduksi menjadi air di katoda (ujung positif), melepaskan elektroda yang mengoksidasi seng di anoda (ujung negatif).
Reaksi ini kemudian akan berjalan jika di dalam baterai disebutkan katalis yang baik dengan beberapa sifat yang sangat spesifik. Dan mengingat hemoglobin memenuhi syarat, maka munculah ide itu.
"Untuk menjadi katalis yang baik dalam reaksi reduksi oksigen, katalis harus memiliki dua sifat, yaitu katalis harus cepat menyerap molekul oksigen, dan membentuk molekul air dengan relatif mudah. Dan hemoglobin memenuhi persyaratan tersebut," kata salah satu ilmuwan, Manuel Cano Luna.
Sekedar informasi, hemoglobin adalah protein yang memberi sel darah merah warna khas dan kemampuan membawa oksigen untuk tubuh. Fungsi ini ternyata bisa dilakukan juga pada baterai.
Menariknya, baterai hanya memerlukan 0,165 miligram hemoglobin untuk menyuplai daya selama 20-30 hari.
Para peneliti mengatakan, penggunaan katalis biokompatibel seperti ini bisa menjadi kunci jika baterai ini akan digunakan pada perangkat yang ditanam di dalam tubuh, seperti alat pacu jantung.
Baterai bekerja pada pH 7,4, yang sangat mirip dengan pH darah. Kemungkinannya bisa melampaui manusia juga, karena analog hemoglobin terdapat pada banyak mamalia.
Namun, masih ada beberapa hal yang perlu disempurnakan. Masalah terbesar saat ini adalah prototipe tersebut tidak dapat diisi ulang, sehingga tim sedang mencari protein yang mungkin dapat mengubah air kembali menjadi oksigen dan memulai siklus reaksi lagi dari awal.
Fakta bahwa baterai memerlukan oksigen juga merupakan batasan lainnya, yang berarti baterai jenis ini tidak dapat digunakan untuk aplikasi di luar angkasa.
Diketahui, inovasi baterai semakin hari kian beragam. Meskipun baterai litium-ion tidak diragukan lagi sangat dapat diandalkan, namun limbahnya sangat merusak lingkungan.
Untuk itu para ilmuwan sangat giat untuk menghadirkan baterai lain yamg lebih ramah lingkungan. Jika penemuan ini bisa diterapkan secara massal, bukan tidak mungkin umat manusia akan beralih ke baterai berbahan dasar darah.
Editor : Mahesa Apriandi