Tantangan Yang Dihadapi Pendidikan Dewasa Ini
Saya menguraikan penemuan saya tentang persoalan yang dihadapi oleh pendidikan yang terjadi di Indonesia dewasa ini, poin poin uraian ini saya kutip dari artikel yang ditulis oleh Catur Nurrokhman Oktavian yang diterbitkan oleh Kompas(25/11/2024), adapun poin poin nya saya uraikan sebagai berikut :
Pertama, kesenjangan akses, kecukupan dan kualitas mengajar
Kesenjangan penddikan adalah kesempatan yang diperoleh oleh individu atau kelompok tertentu untuk mecapai dan mendapatkan pendidikan yang layak tidak merata, persoalan ini masih sering terjadi di Indonesia
Kesenjangan pendidikan menjadi masalah klasik yang terus menghantui setiap era pemerintahan. Faktor geografi dan demografi Indonesia kerap menjadi ”kambing hitam”. Wilayah Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau, 1.300 suku bangsa, dan lebih dari 500 wilayah administrasi dianggap sebagai tantangan besar mewujudkan pemerataan pendidikan.
Berbagai data statistik mencerminkan kesenjangan pendidikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mencapai 9,13 tahun atau setara dengan kelas 9 SMP/sederajat. Capaian itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9,08 tahun
Kesenjangan mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari rapor mutu pendidikan Indonesia. Misalnya, masih ada kesenjangan mutu yang terlihat dari performa satuan pendidikan terbaik di salah satu kabupaten di luar Pulau Jawa setara dengan performa satuan pendidikan terburuk di salah satu kabupaten atau kota di Jawa (Kompas.id, 2/5/2022). Selain itu, di satu daerah yang sama, antara satuan pendidikan terbaik dan terburuk juga menunjukkan kesenjangan mutu yang tinggi.
Lagi-lagi guru adalah kata kunci untuk peningkatan kualitas pendidikan. Tanpa guru yang berkualitas dan sejahtera, peningkatan kualitas pendidikan hanya fatamorgana. Meskipun pemerintah saat ini telah melakukan berbagai upaya peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru, masih banyak tantangan yang dihadapi, seperti pemberian pelatihan yang kurang merata sesuai dengan kebutuhan guru tersebut, dan pemberian insentif kesejahteraan yang cukup sehingga menjadi daya tarik bagi individu berkualitas untuk mengabdi di dunia pendidikan dan menekuni profesi guru.
Untuk mengatasi stagnasi kualitas pendidikan nasional memang bukan hal yang mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa. Hal ini merupakan kerja besar dan kompleks yang memerlukan dukungan dan peran serta semua pihak. Harus ada komitmen kuat dari pemerintah dan semua pemangku kepentingan pendidikan untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam meningkatkan akses, pemerataan mutu, dan peningkatan kualitas serta kesejahteraan guru menuju sistem pendidikan yang lebih baik dan inklusif.
Kedua, kualitas pengajaran masih menjadi isu utama yang menjadi tantangan dalam dunia pendidikan kita
Salah satu indicator dalam menilai kualitas pendidikan yang ada di Indonesia adalah dengan menggunakan Hasil PISA, Secara khusus PISA didesain untuk mengukur sejauh mana siswa dipersiapkan oleh sistem pendidikan mereka, dalam mengaplikasikan konsep dan keterampilan yang mereka pelajari. Konsep ini mendorong ide learning for transfer, yang mana siswa tidak hanya menguasai materi pembelajaran untuk tes, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam situasi kehidupan nyata.
Oleh karena itu, hasil PISA tidak hanya mencerminkan tingkat pemahaman siswa terhadap kurikulum, tetapi juga kemampuan mereka untuk berpikir kritis, menafsirkan informasi, dan memecahkan masalah dalam berbagai konteks kehidupan. Dengan demikian, PISA bukan hanya alat pengukur, melainkan juga pendorong bagi pengembangan kurikulum yang lebih relevan dan efektif.
Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) mengungkapkan apa yang mungkin dilakukan dalam pendidikan dengan menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa dalam sistem pendidikan yang berkinerja tertinggi dan paling cepat berkembang. Laporan tersebut juga menunjukkan tren pembelajaran digital, keterlibatan orangtua, penindasan, dan isu-isu lainnya, serta informasi mengenai kesenjangan jender, kesenjangan sosio-ekonomi, dan belanja pendidikan versus hasil pendidikan.
Hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2022 baru-baru ini diumumkan pada 5 Desember 2023, dan Indonesia berada di peringkat 68 dengan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca (371).
Dengan adanya indicator internasional ini seharusnya negara dapat mengetahui tentang problematika apa yang harus dibenahi.
Ketiga, sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai. Banyak sekolah masih kekurangan fasilitas mendasar pendidikan, seperti ruang kelas yang layak dan representatif, perpustakaan, serta laboratorium.
Permasalahan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai adalah salah satu permasalahan yang sering terjadi. Banyak sekolah maupun perguruan tinggi di Indonesia mengalami masalah sarana yang tidak memadai seperti bangunan yang rusak, kurangnya media pembelajaran, ketersediaan buku di perpustakaan tidak mencukupi, dan laboratorium tidak memadai. Bahkan saat ini masih ada sekolah yang belum memiliki bangunan sekolah sendiri, tidak memiliki perpustakaan, laboratorium, dan berbagai fasilitas lainnya. Proses pembelajaran akan lebih efektif jika didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Sarana dan prasarana sekolah harus memenuhi standar nasional yang ditetapkan oleh pemerintah karena hal ini berpengaruh proses pembelajaran
Menurut Portal Data Kemendikbudristek, masih ada 321.941 sekolah rusak ringan, 238.290 sekolah rusak sedang, dan 121.011 sekolah rusak berat (data cut off 30 November 2023). Masih banyaknya sekolah yang rusak sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang baik.
Keempat, kurikulum yang kurang relevan. Kurikulum sering kali dianggap jadi masalah dalam pendidikan nasional kita dan dianggap tidak relevan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi
Kurikulum merupakan sejumlah tahapan yang didesain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki.
Berganti nya rezim kekuasaan memiliki dampak nya terhadap pergantian sistem, akibatnya susunan cabinet terkena dampaknya sehingga setiap cabinet memiliki rencana dan tujuan nya masing masing, hal ini yang dirasakan oleh kurikulum yang di Indonesia, berganti nya kurikulum secara massif dilakukan oleh pemerintah membuat siswa dan guru menjadi perlu beradaptasi lagi serta menyesuaikan, belum lagi ditambah ketidak mampuan kurikulum dalam menjawab tantangan zaman yang harus kita evaluasi bersama, karena pendidikan adalah jalan emas menuju Indonesia emas.
Editor : Mahesa Apriandi