GUNUNGKIDUL, iNewsBanten- Warga Kapanewon, Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, geger. Pasalnya, sepasang guru salah satu Sekolah Dasar (SD) Negeri di kawasan tersebut kepergok muridnya sendiri tengah berbuat asusila di dalam ruang guru saat jadwal pelajaran ekstrakurikuler berlangsung
Entah apa yang merasuki E dan B, dua orang guru berlainan jenis di SD Negeri Kepanewon Kecamatan Tangjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi DIY ini nekad melakukan perbuatan mesum di ruang guru. Aksi keduanya dipergoki langsung muridnya yang hendak meminta izin untuk menghentikan aktifitas belajar dan mengajar dan pulang karena hujan deras.
Peristiwa terpergoknya aksi tak senonoh dua guru berstatus P3K itu terkuak ketika 3 murid kelas 5 SD itu sebagi perwakilan murid lainnya menuju ruang guru untuk meminta ijin. Saat itu pintu ruang guru itu nampak terbuka, dan ketika tiba para murid itu masih mengetuk pintu dan mengucap salam, namun karena tak ada jawaban dari dalam mereka akhirnya masuk ke dalam. Saat itulah ditemukan pemandangan yang tidak mereka duga, dimana kedua guru kondisi tanpa busana.
Kaget melihat itu, para murid kemudian lari ke luar ruangan, dan kemudian diikuti oleh guru pria yang mengejar mereka dan mengancam untuk jangan menceriitakan perisitiwa yang dilihat murid-murid itu pada siapapun. Namun karena terus diliputi kecemasan, seorang siswa saat pulang setelah dijemput orang tuanya menceritakan peristiwa itu. Hal mana kemudian mengakibatkan para orang tua melaporkan kepada komite sekolah dan selanjutnya lakukan protes agar kedua guru itu diberikan sanksi.
JAN, Kepala Sekolah SDN ini, membenarkan peristiwa itu. Bahkan telah melaporkan ke Dinas Pendidikan Gunung Kidul. Kepada wartawan, ia menegaskan siap menyampaikan apa terjadi sesuai yang ia tahu.
"Memang benar, tetapi kejadian persisnya seperti apa saya tidak tahu. Hanya mendapat laporan dari komite sekolah dan wali murid,” tandas JAN, Jumat (19/1/2024)
Waktu berlalu menuju Rabu (24/1/2024), JAN akhirnya lebih gamblang menceritakan kejadian tak senonoh yang menggemparkan itu. Tuturannya kurang lebih sama dengan yang dikisahkan para murid dan juga orang tua siswa serta komite sekolah.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait