Kepada media, Santo menyampaikan bahwa perlunya sosok pemuda dalam pilkada yang akan datang sehingga tidak ada lagi kotak kosong dalam pilkada.
Ditempat yang sama, Topan Bagaskara aktivis demokrasi menyampaikan bahwa siapapun pemimpin yang memerintah, harus dilihat dari aspek kebudayaan, pendidikan dan kesehatan.
"Pemimpin harus mengetahui sejarah kota sendiri, pengejawantahan kedaulatan rakyat dengan terbebas dari penjajahan asing," kata Topan, Founder Suara Logika.
Kemudian ia menjelaskan bahwa, pada saat ini kita disetir oleh keadaan bagaimana rakyat tidak mampu mencari pemimpin yang layak. Rakyat seolah-olah ditempatkan pada politik membeli kucing dalam karung. Rakyat terpaksa untuk memilih kandidat yang sebetulnya tidak dari hasil seleksi kedaulatan rakyat. Dalam demokrasi, pemerintah untuk rakyat merupakan perbudakan semu, kita harus kembali pada konsep kepemerintahan oleh rakyat. Dengan kedaulatan akal dan konsep kesetaraan serta rule of law.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait