PT.Kras hanya mendapatkan "bagi rugi," bukan "bagi untung," karena dugaan cengkraman dominasi "rasis Korea" yang telah menguasai pundi-pundi potensi ekonomi bisnis dan usaha di PT.KP dan diduga menjadi penyebab perusahaan (JV) tersebut merugi, karena disinyalur terlalu banyak "Warung dalam toko" (Rasis Korea) . Sehingga keuntungan yang seharusnya di peroleh PT.Kras dari keberadaan sahamnya di perusahaan (JV), tidak dapat diperoleh secara maksimal dan tentunya berimplikasi pada tidak adanya kontribusi deviden kepada negara dari PT.Kras atas kepemilikan sahamnya di PT.KP.
Selama ini diduga nasionalisme dan kedaulatan ekonomi PT.Kras kandas dijajah oleh penguasaan dan cengkraman paras pengusaha "rasis Korea" padahal monutitas etnis Korea dimaksud hampir seluruhnya "Bukan anak perusahan POSCO, bukan anak perusahaan PT.Kras sebagai pemilik saham bajak bukan juga anak perusahan PT.KP".
Para pengusaha "rasis Korea" itu diduga sudah meraih keuntungan terlebih dahulu (duluan) dari penjualan bahan baku, bahan baku pembantu kebutuhan PT.KP yang pada kenyataanya sejak awal hingga saat ini masih lebih banyak impor dan kontra produktif dengan rencana awal didirikanya PT.KP yaitu "dalam rangka mengoptimalkan bahan baku yang berasal dari SDA dalam negeri" yang sejak awal sesungguhnya tidak ada cerita impor .Selain itu dominasi "rasis Korea" melalui perusahan perusahan vendor pendukung operational produksi PT.Kras. juga diduga sangat dominan menguasai dan disinyalir banyak kontrak kerja yang harganya tidak terkendali , sehingga sangat merugikan PT.KP dari berbagai dugaan potensi-potensi Mark Up yang sulit untuk dikendalikan (tidak terkontrol) karena di sinyalir didesain dengan rapih melalui dugaan konspirasi beberapa oknum pengusaha "rasis Korea" yang diduga bermain dengan pejabat atau pegawai yang juga asal Korea (rasis Korea).
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait