Polisi Cilegon Ini Nulis Buku ‘Polisi Dicari untuk Dicaci’, Begini Cerita di Baliknya

Ali
Polisi Cilegon Ini Nulis Buku ‘Polisi Dicari untuk Dicaci’, Begini Cerita di Baliknya (doc Ali)

Pasalnya, menulis itu bermula secara tak sengaja.Saat pandemi COVID-19 melanda pada 2019, Yogie mengisi waktu dengan menulis artikel ringan. Tak disangka, dari kebiasaan itu lahirlah semangat baru yang menuntunnya menjadi seorang penulis produktif.

“Saya mulai menulis sejak pandemi. Awalnya artikel singkat, lalu berkembang jadi buku. Mayoritas tulisan saya tentang hukum dan fenomena sosial,” katanya.

Buku “Kalau Nikah Itu Suci, Kenapa Harus Sembunyi?” misalnya, lahir dari kegelisahan pribadi melihat fenomena pernikahan modern yang kerap berbenturan dengan restu dan tekanan sosial.

“Buku itu saya tulis untuk diri saya sendiri, dan juga untuk kita semua agar bisa melihat ulang bagaimana cinta dan pernikahan dijalani di era sekarang,"tuturnya.

Sementara dalam karya terbarunya, “Polisi Dicari untuk Dicaci”, Yogie menyingkap sisi lain profesi kepolisian walaupun sisi yang jarang dibahas adalah dilema etik dan ekspektasi publik yang begitu tinggi terhadap aparat penegak hukum.

“Judulnya saya ambil dari realitas yang saya rasakan di lapangan. Polisi sering dicari saat dibutuhkan, tapi dicaci ketika keputusan tak memuaskan semua pihak," ungkapnya.

Buku itu, kata Yogie, adalah hasil perenungan panjang tentang bagaimana institusi kepolisian bisa terus menjaga profesionalisme di tengah perubahan sosial dan digitalisasi yang pesat.

Tidak hanya itu, Menariknya Yogie kini tengah menyiapkan buku keenamnya yang akan mengangkat kisah tentang orang Papua yang menjadi polisi. Menurutnya, tema ini sarat dengan nilai kemanusiaan, nasionalisme, dan keindonesiaan.

“Ini bukan sekadar kisah profesi, tapi tentang perjuangan dan rasa memiliki terhadap bangsa,” ujarnya.

Selain dikenal sebagai polisi penulis, Yogie juga aktif mengajar di bidang hukum. Ia percaya, menulis bukan hanya bentuk ekspresi, tapi juga cara untuk memberi kontribusi nyata bagi masyarakat.

“Seluas-luasnya pemikiran manusia, tetap lebih luas ilmu pengetahuan,” tutupnya dengan senyum.

Editor : Mahesa Apriandi

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network