Disisi lain, Keluhan paling nyata datang dari Umamah, salah satu warga terdampak. Rumahnya kini berada persis di bibir tebing hasil pengerukan.
"Siang malam operasi, getarannya sampai ke dalam rumah. Tidur terganggu, dan tiap hari saya takut rumah longsor,” ungkap Umamah saat ditemui awak media
Ia juga menyebut harga tanah yang dibeli pengusaha hanya sekitar Rp100 ribu per meter, tanpa memperhatikan dampak lingkungan maupun keselamatan warga. Aktivitas yang diduga ilegal ini sudah berjalan dua bulan dan mengubah kontur bukit menjadi tebing curam.
"Dulu bukit, sekarang jadi tebing tinggi. Ngeri banget,"keluhnya.
Kelurahan masih menunggu hasil musyawarah RT, RW, dan pihak terkait. Jika tidak ada kesepakatan, Eha memastikan akan mengambil langkah tegas menghentikan galian.
"Kami berpihak pada keselamatan warga. Kalau tidak ada titik temu, aktivitas galian ini akan kami hentikan,” pungkas Eha.
Editor : Mahesa Apriandi
Artikel Terkait
