Serat Banten menyebutkan adanya pemberangkatan pasukan Banten ketika menyerang Pakuan, ibu kota Pajajaran. Pupuh Kinanti bahkan menuliskan bahwa serangan itu terjadi pada bulan Muharram, tepat pada awal bulan Ahad tahun Alif, tahun sakanya satu lima kosong satu.
Setibanya di Pakuan, pasukan Banten mampu menguasai Pajajaran dengan waktu singkat. Tetapi sebenarnya Banten kesulitan menembus benteng pertahanan kendati hampir seluruh petinggi Pajajaran sudah mengungsi.
Tetapi Banten memiliki orang dalam bernama Ki Jonggo, salah seorang pejabat penting di istana yang menjadi komandan pasukan pengawal Kerajaan Pajajaran.
Dia masih ada hubungan darah dari salah satu komandan pasukan Banten. Ki Jonggo yang diperintahkan menjaga keamanan istana dan benteng pertahanan akhirnya membukakan pintu gerbang benteng pertahanan.
Motifnya tak lain karena rasa sakit hati selama menjabat sebagai komandan pengawal Kerajaan Pajajaran. Sang raja tidak pernah menaikkan jabatannya. Hal ini memicu rasa sakit hatinya pada Kerajaan Pajajaran dan raja.
Serangan pasukan Banten ke Pajajaran butuh waktu perencanaan yang lama hingga sembilan tahun. Selama sembilan tahun itulah Banten menyiapkan taktik, strategi, pasukan, dan peralatan untuk menyerang Pajajaran.
Hal ini setelah sebelumnya beberapa wilayah yang menjadi kekuasaan Pajajaran terlebih dahulu dikuasai. Penyerangan ini didasari pada keinginan Maulana Yusuf untuk turut menyebarkan agama Islam ke daerah pedalaman Banten.
Sejak saat itu, Jawa Barat dikenal oleh banyak orang sebagai daerah penyebaran agama baru.
Serangan Banten ke Pajajaran ini konon bukan merupakan penyerangan biasa. Banten menyerbu ke segala lini Pakuan dan melumpuhkan segala bidangnya. Setelah serangan dan larinya Raja Nilakendra, kian mempersulit posisi Pajajaran dan semakin memperburuk kerajaan.
Pada sebuah sumber Cirebon, dikisahkan Pajajaran lenyap dari permukaan bumi pada tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 saka, yang berarti bertepatan tanggal 11 Rabiul Awal 987 hijriah atau 8 Mei 1579 Masehi.
Artikel ini pernah tayang di iNews id.
Editor : Mahesa Apriandi