Pragmatisme sejalan dengan nominalisme yang hanya meyakini yang fisik particular, tidak menjelaskan gagasan melalui ide-ide abstrak dan universal, melainkan melalui konsekuensi-konsekuensi praktis dari suatu gagasan. Idealisme dalam koridor organisasi Mahasiswa merupakan sebuah azas, nilai luhur perjuangan, atau dengan sebutan lain yang menjadi pedoman materiil dan patut dijunjung tinggi oleh para Mahasiswa atau organisator pada umumnya dalam melaksanakan setiap gerakan.
Mengacu pada keterangan Plato tentang idealisme di atas, dapat kita artikan bahwa idealisme Mahasiswa atau para organisator gerakan adalah mempertahankan azas atau nilai luhur perjuangan yang lumrahnya tertuang di dalam pedoman organisasi sebagai peraturan tertinggi.
Menurut saya, organisasi pergerakan yang senantiasa berjuang untuk kepentingan bersama guna mencapai tujuan organisasi tidak akan memiliki pedoman yang menyalahi idealisme umum. Kalaupun ada, maka dipastikan pengisinya bukan intelektual atau cendekiawan melainkan hanya insan murah dengan berbagai kepentingan.
Budaya pragmatisme yang mengedepankan eksistensi dan sarat akan kepentingan pribadi menurut Kant, tidak layak tumbuh di dalam tubuh Mahasiswa dan organisasi. Pragmatism dalam gerakan hanya akan menjadi virus yang perlahan menggerogoti kebenaran sehingga membuat Mahasiswa atau organisator dengan idealisme itu menjadi termarjinalkan.
Sebagai Mahasiswa dan kaum gerakan, hendaklah tidak menormalisasi praktik tersebut. Faktor objektif menjadi acuan untuk menyerukan satu kata, LAWAN!!!
Pembangkangan Terhadap Nilai Luhur Perjuangan Mahasiswa
Dalam citra suci Mahasiswa sangat disayangkan khususnya di kalangan kaum gerakan, nama Mahasiswa di Indonesia saat ini mulai tercoreng karena perbuatan dari Mahasiswa itu sendiri.
Editor : Mahesa Apriandi