Kenakalan Remaja Di Banten : Dari Krisis Identitas Ke Tindak Kriminal, Mengapa Kita Harus Peduli?

"Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) memberikan landasan hukum untuk menindak tegas pelanggaran ini. Namun, penegakan hukum tidak hanya berhenti sampai di situ,"
Remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja juga memerlukan konseling dan rehabilitasi. Mereka yang tertangkap karena tindakan kriminal akan mendapatkan pembinaan di pusat rehabilitasi, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA).
Efektivitas dalam menangani kenakalan remaja
meskipun terdapat upaya-upaya untuk menangani kenakalan remaja telah dilakukan, baik melalui pendekatan preventif maupun represif, efektivitasnya masih menjadi perdebatan. Remaja yang memiliki hubungan dekat dengan orang tuanya cenderung lebih mampu menghindari perilaku buruk, hal ini dijelaskan dalam studi penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Youth and Adolescence.
Masalah kenakalan remaja di Banten telah berkembang menjadi fenomena yang sangat mengkhawatirkan, meski sudah melakukan berbagai upaya, hal ini masih belum efektif karena lemahnya sinergi antara berbagai pihak yang terlibat. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan pendekatan yang lebih menyeluruh tidak hanya mencegah tetapi juga menawarkan alternatif yang membangun.
"Penyuluhan dan edukasi masih tetap perlu ditingkatkan, dengan dibarengi pendekatan yang memberdayakan dan relevan dengan kebutuhan remaja,"
Selain itu, harus ada perubahan struktural seperti peningkatan terhadap akses Pendidikan berkualitas dan menyediakan lingkungan yang mendukung Kesehatan mental remaja. Sehingga pendekatan holistik yang melibatkan semua pihak menjadi kunci untuk perubahan yang berkelanjutan.
Editor : Mahesa Apriandi