get app
inews
Aa Read Next : Anda Sering Sakit Pinggang! Berikut 10 Cara Mengobati Tulang Ekor yang Belum Banyak Orang Ketahui

Dulu Pernah Dikatain Gila, Sekarang Jadi Orang Nomor 2 Terkaya di Indonesia

Selasa, 13 Desember 2022 | 02:43 WIB
header img
Dulu Pernah Dikatain Gila, Sekarang Jadi Orang Nomor 2 Terkaya di Indonesia (foto Istimewa, -)

JAKARTA, iNewsBanten - Dulu pernah dikatain orang gila kini Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya ke-2 di Indonesia 2022. Itu berdasarkan laporan yang dirilis Forbes baru-baru ini. 

Dia adalah pendiri dan Presiden Direktur produsen batu bara terbesar keempat di Indonesia, Bayan Resources. Adapun kekayaan pengusaha 74 tahun itu saat ini tercatat sebesar 18,6 miliar dolar AS, setara Rp289,9 triliun. Angka ini meningkat dari 12,1 miliar dolar AS saat laporan Forbes dirilis.

Melonjaknya harga batu bara di pasar global setelah invasi Rusia ke Ukraina mendorong kinerja keuangan dan saham emiten dengan kode BYAN miliknya. Pendapatannya dalam sembilan bulan pertama tahun ini melonjak menjadi 3,3 miliar dolar AS dan laba 1,7 miliar dolar AS.

Sementara harga saham Bayan naik lima kali lipat sejak awal 2021, dan tumbuh tiga kali lipat sepanjang tahun ini. Kenaikan harga saham itu membuat kekayaan Low yang memiliki saham mayoritas Bayan bertambah banyak. 

Pengusaha dengan julukan Raja Batu Bara yang telah menjalani bisnis di bidang tambang selama seperempat abad itu lahir di Singapura. Ayahnya bermigrasi ke Singapura dari Guangzhou, China ketika dia berusia 3 tahun. Kemudian sang ayah memulai sebuah perusahaan konstruksi sipil, dengan nama Sum Cheong. 

Saat usianya 14 tahun, dia mulai membantu ayahnya menjalankan usaha setelah pulang sekolah. Sum Cheong akhirnya menjadi perusahaan sukses di Singapura dan Malaysia. 

Namun Low tidak berencana melanjutkan perusahaan warisan sang ayah. Dia ingin sukses dengan usahanya sendiri, di tempat yang lebih besar, dan dia melihat peluang itu di Indonesia. Saat itu, masih sedikit orang dari Singapura yang berbisnis. 

Pada 1973 atau ketika Low berusia 25 tahun, dia mendapatkan proyek pertamanya, melakukan pekerjaan dasar untuk pabrik es krim di Ancol, di pesisir Jakarta. Low mengatakan, dia adalah kontraktor pertama di Indonesia yang menggunakan palu diesel untuk pemancangan demi mempercepat pekerjaan.

Saat menjalankan tugasnya, Low mendapat terobosan besar. Dia mengaku sangat beruntung bisa bertemu dengan Liem Sioe Liong, pendiri Grup Salim. 

"Dia melihat kami membawa barang, menghentikan kami dan berbicara dengan saya. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak bisa berbahasa Indonesia, dan dia memberi saya kartu namanya, berbicara kepada saya dalam bahasa Mandarin dan meminta saya untuk menemuinya," kata Low, dikutip dari Forbes, Sabtu (10/1/2/2022).

Pertemuan itu membawa Low akhirnya bekerja sama dengan Liem dan putra bungsunya, Anthoni Salim. 

"Mereka banyak membantu kami," ucapnya. 

Selain dengan Grup Salim, Low juga bekerja sama dengan anak perusahaan Pembangunan Jaya, Jaya Steel untuk mendirikan Jaya Sumpiles Indonesia. Awalnya kepemilikan saham berimbang 50:50, namun kemudian Low mengakusisi semua saham perusahaan tersebut. 

Setelah itu, pada akhir 1987, dia memutuskan memasuki bisnis kontraktor batu bara. Saat itu, industri batu bara di Indonesia sedang tumbuh. 

Kemudian, Jaya Sumpiles bekerja sama dengan beberapa penambang untuk melakukan pemindahan, penambangan, dan pengangkutan lapisan penutup. Pada November 1997, setelah memiliki pengalaman selama satu dekade di industri batu bara dan memiliki kewarganegaraan Indonesia, Low membeli konsesi pertamanya, yakni Gunungbayan Pratamacoal di Kalimantan Timur.

Produksi dimulai pada 1998, bertepatan dengan krisis ekonomi di Asia. Pengiriman pertamanya membuatnya kehilangan 3 dolar AS per ton karena merosotnya harga batu bara. 

"Perjalanan kami tidak mudah sejak awal. Orang-orang menertawakan kami (karena membeli tambang). Mereka bilang kami gila," ujar Low.

Namun dalam perjalanannya, keputusan Low tidak salah. Bisnisnya menguntungkan dan terus berkembang. Bahkan, dia mendapatkan konsesi dan saham mayoritas di Dermaga Perkasapratama, operator Terminal Batubara Balikpapan, salah satu yang terbesar di Indonesia, yang saat ini memiliki kapasitas stockpile 1,5 juta ton atau 24 juta ton per tahun dan dapat diperpanjang.

Pada 2004, Low mengonsolidasikan aset dan mendirikan Bayan Resources, nama tersebut diambil dari nama kabupaten setempat. Empat tahun kemudian, setelah menjadi produsen terbesar kedelapan di Indonesia, Bayan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Dana IPO digunakan untuk mengembangkan konsesi, termasuk yang ada di Tabang, yang kini terdiri dari 12 izin pertambangan seluas 34.715 hektare, hampir separuh luas Singapura. Area ini mengandung batu bara sub-bituminous rendah abu dan belerang rendah dengan nilai kalori yang paling cocok untuk pembangkit listrik bertenaga batu bara, namun polusinya relatif lebih sedikit dibandingkan jenis batu bara lainnya.

Low, yang memiliki bisnis energi terbarukan, mengatakan akan tetap fokus pada batu bara. Adapun perusahaannya juga telah membangun banyak infrastruktur di Kalimantan Timur untuk menggali dan mengangkut jutaan ton batu bara. 

Di area tambangnya, Low juga membangun kebun binatang pribadi, yang telah dirintis pada akhir 1990-an. Dia mendirikan kebun binatang tersebut setelah melihat banyak hewan liar kehilangan habitatnya akibat penambangan dan budidaya perkebunan, sehingga berkeliaran ke desa-desa di dekat tambangnya.

Editor : Mahesa Apriandi

Follow Berita iNews Banten di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut