Menurutnya, stres dapat berpengaruh terhadap pola makan seseorang. Kebiasaan makan yang bisa saja berubah karena adanya faktor stres, dinamakan dengan istilah hiperfagia jika makannya menjadi banyak, dan hipofagia jika makannya malah berkurang, namun dalam hal ini tidak menutup kemungkinan juga bahwa seseorang tetap makan seperti biasa.
“Ini agak rumit soalnya tiap orang beda-beda. Tapi, banyak penelitian yang nunjukin kalau saat stress, kita cenderung milih makanan yang enak-enak, seperti makanan manis atau berlemak,” ucapnya.
Selain itu, Individu yang mempunyai berat badan lebih, biasanya akan sering makan lebih banyak saat mereka sedang stres. Sehingga, stres dapat membuat pola makan seseorang jadi berantakan, apalagi kalau sudah punya kecenderungan untuk makan berlebih.
Maka dari itu, Rizal Do menyarankan untuk kontrol diri dan makan secara sadar diperlukan. Karena penelitian juga ada yang mengatakan ada seseorang yang dengan sengaja ngontrol asupan makanannya, biasanya dengan tujuan untuk menurukan berat badan. “Nah, masalahnya, saat mereka stress, kontrol diri tersebut bisa 'kendor' dan malah makan lebih banyak,” tutur Rizal Do.
Berbeda lagi dengan seseorang yang “emotional eater". Mereka biasanya akan makan berdasarkan perasaan mereka. Misalnya, kalau lagi sedih atau kecewa, mereka mungkin makan lebih banyak untuk tujuan menghibur diri, atau biasanya memilih makanan cenderung pedas untuk membalaskan dendamnya.
Editor : Mahesa Apriandi